Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Pemerintah Kota Sibolga dan unsur terkait terus melakukan upaya penanganan bencana banjir dan tanah longsor yang melanda wilayah Kota Sibolga, Sumatra Utara. Hingga Kamis (18/12/2025), bencana tersebut berdampak pada empat kecamatan, yakni Kecamatan Sibolga Utara, Sibolga Selatan, Sibolga Sambas, dan Sibolga Kota.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan kegiatan pembersihan serta normalisasi Sungai Aek Doras masih berlangsung akibat luapan sungai tersebut.
“Aktivitas masyarakat secara bertahap mulai pulih. Seperti, kegiatan belajar mengajar telah kembali berjalan dan para siswa sudah masuk sekolah,” ujar Abdul Muhari dalam keterangannya, Kamis (18/12/2025).
Selain itu, distribusi bahan bakar minyak (BBM) pada umumnya berjalan normal meski masih terdapat antrean di sejumlah SPBU. Pasokan listrik di sebagian besar wilayah terdampak juga telah kembali menyala.
“Jaringan telekomunikasi mulai normal, serta layanan air bersih PDAM telah berfungsi sekitar 80 persen,” tambahnya.
Berdasarkan data sementara BNPB, bencana banjir dan longsor ini mengakibatkan 54 orang meninggal dunia, satu orang dinyatakan hilang, serta 61 orang mengalami luka-luka. Dari jumlah korban luka, sebanyak 49 orang menjalani rawat jalan dan 12 orang dirawat inap.
Sementara itu, jumlah pengungsi tercatat sebanyak 1.232 orang yang tersebar di 16 titik pengungsian pada tujuh kelurahan, dengan konsentrasi pengungsi terbanyak berada di Kecamatan Sibolga Utara dan Kecamatan Sibolga Selatan.
Pemerintah Kota Sibolga telah menetapkan Status Tanggap Darurat selama 14 hari sejak 25 November hingga 9 Desember 2025, dan kemudian memperpanjangnya kembali selama dua pekan dari 10 hingga 23 Desember 2025.
Dalam masa tanggap darurat, BNPB bersama pemerintah daerah melakukan koordinasi intensif dengan berbagai pihak, termasuk instansi vertikal, organisasi perangkat daerah, dunia usaha, tokoh masyarakat, akademisi, dan media. Upaya yang dilakukan meliputi pembersihan jalan dari lumpur, normalisasi aliran Sungai Aek Doras, pemulihan aktivitas ekonomi masyarakat, serta pendataan dan verifikasi penerima bantuan.
Selain itu, BNPB juga membuka dapur umum di Kecamatan Sibolga Utara dan Sibolga Selatan, serta menyediakan layanan administrasi kependudukan bagi masyarakat terdampak.
BNPB mencatat kerusakan infrastruktur akibat bencana meliputi 11 rumah ibadah, delapan gedung sekolah, dua unit jembatan, 11 ruas jalan, lima gedung milik pemerintah daerah, serta sembilan titik lampu penerangan jalan umum. Adapun kebutuhan mendesak yang masih diperlukan antara lain pompa air, ketersediaan gas LPG 3 kg dan 12 kg, serta pakaian dan perlengkapan sekolah bagi siswa SD, SMP, dan SMA.
Dikutip dari RRI.co.id
